Tuesday, 7 January 2014

Biografi TGH Ahmat Tretetet

Lombok dikenal sebagai pulau Seribu masjid. Ulama/tokoh Islam banyak lahir di Pulau yang kini semakin dikenal dengan eksotisme alamnya.

Selain Maulanasyeikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, selaku pendiri dari NWDI dan NBDI, masyarakat NTB khususnya Lombok juga mengenal tokoh agama lainnya satu diantaranya ialah Tuan Guru Haji (TGH) Umar Kelayu.

Ia lahir pada tahun 1200 Hijriyah. Orang tuanya bernama Kyai Ratna yang terkenal sangat pemurah terhadap fakir miskin dan para musafir. Neneknya bernama Kyai Nurul Huda.

Salah satu sumber menyebutkan, masyarakat Lombok memanggil TGH Umar Kelayu dengan Tuan Guru Haji Ahmat Tretetet hingga akhir hayatnya.

Panggilan tersebut diberikan lantaran Ahmat Tretetet dikenal sangat tekun memberikan bimbingan pengajian dari satu rumah ke rumah yang lain.

Semasa menimba ilmu Ahmat Tretetet belajar ilmu-ilmu agama di pulau Lombok dan di tanah suci Mekkah. Awal mulanya belajar membaca Al Qur’an di Tanjung, kemudian ke Sekarbela pada TGH. Mustafa dan Haji Amin di Sesela.

Diusia 14 tahun, Ahmat Tretetet diperintahkan ke Mekkah untuk naik Haji oleh sang ayah. Di Mekkah Ahmat Tretetet berguru tentang hadits pada Syekh Mustafa Afifi, Syekh Abdul Karim, dan Syekh Zaenuddin Sumbawa sedang pelajaran Sufi diperoleh dari seorang ulama di Madinah.

Satu tahun belajar ilmu agama di Mekkah, ia kembali ke kampung halaman dan mengabdikan berbagai ilmu yang telah diperolehnya dari Mekkah.

Dari berbagai sumber menyebutkan, selama hidupnya, Ahmat Tretetet dikenal sebagai ulama yang senang dengan anak kecil.
Bahkan, tidak jarang ia memberikan sesuatu kepada anak-anak yang ditemuinya di perjalanan.  Ahmat Tretetet juga dikenal sebagai orang santun dan murah senyum.

Selama mengabdikan ilmunya Tuan Guru Haji Ahmat Tretetet dikenal sebagai ulama kharismatis sehingga murid-muridnya juga menjadi tokoh agama panutan masyarakat NTB. Bahkan muridnya-muridnya pun ada dari luar Lombok seperti Haji Abdul Fatta dari Pontianak, Haji Dana dari Palembang, Haji Nawawi dari Lampung dan Haji Abdurrahman dari Kedah Malaysia.

Sementara muridnya yang asal Lombok antara lain Haji Rais dari Sekarbela, Haji Mohammad Saleh dari Bengkel, Haji Abdul Hamid dari Pejeruk Ampenan, Haji As’ari dari Sekarbela, Haji Abdul Karim dari Praya, Haji Malin dari Pagutan, Haji Syarafuddin dari Pancor dan Haji Badarul Islam dari Pancor.

Selain karena gemar bersama anak-anak kecil dan terus berjalan dari rumah ke rumah mengabdikan ilmunya, julukan Ahmat Tretetet menurut satu sumber karena bibirnya selalu mengeluarkan suara ‘tretetet.’ Ia juga biasa mengucapkan kata ‘halal’ sambil tertawa lucu.

Tuan Guru Tretetet juga dikenal orang sebagai sosok misterius. Tretetet dikenal sebagai ulama yang berbeda dengan ulama lainnya pada zaman itu.

Ahmat Tretetet wafat pada 19 Desember 1985. Ia dimakamkan di Desa Karang Kelok, Kelurahan Monjok, Kota Mataram. Makamnya ditutupi bangunan bercat biru dan dikelilingi pagar kayu.

Di makamnya, terdapat tulisan “Makam Datuk Assyaikh Tuan Guru Haji Ahmat Tretetet bin Tuan Guru Haji Umar Kelayu”. Di dalam ruangan berukuran 4 kali 4 meter, terdapat makam bertutupkan kain hijau yang kedua nisannya terbungkus kain putih. Di dalamnya, juga ada kendi terbuat dari tanah liat dan berisi air.
Terpasang juga bingkai foto bergambar seseorang berpakaian putih dan bersorban putih. Meski pakaiannya terlihat lusuh, sosok bersorban difoto itu tampak tersenyum ramah.

Asal Usul Nama Lombok | Cerita Rakyat Sasak Lombok

Pulau Lombok luasnya sepertiga dari luas Pulau Sumbawa. Namun, penduduk Nusa Tenggara Barat yang berjumlah lebih dari tiga juta, dua pertiganya tinggal di Pulau Lombok. Hal ini terjadi karena Pulau Lombok lebih subur dari Pulau Sumbawa. Penduduk Pulau Lombok adalah orang Sasak. Mereka sebagian besar memeluk agama Islam.
pulau lombok 
Lombok dan Sasak adalah dua nama yang tidak bisa dipisahkan. Nama Lombok untuk sebutan pulaunya, nama Sasak untuk sebutan suku bangsanya. Lombok berasal dari bahasa Sasak; “lombo,” artinya “lurus”. Sasak sebenarnya berasal dari “sak-sak” yang artinya “perahu bercadik”.

Namun, banyak orang yang salah mengerti. Lombok diartikan “cabe” sehingga ada yang mengartikan pulau Lombok sebagai “pulau pedas”. Padahal cabe dalam bahasa Sasak adalah “sebia” (dibaca “sebie”)
 [ Sejarah Asal Usul Nama Lombok | Cerita Rakyat Suku Sasak Lombok ]
Cerita di bawah ini akan menjelaskan asal usul mengapa disebut Lombok dan Sasak. Nama Lombok dalam berbagai cerita lisan maupun tertulis dalam takepan lontar adalah salah satu nama dari Pulau Lombok. Nama lain yang sering disebut adalah pulau “Meneng” yang berarti “sepi”. Ada yang menyebut “Gumi Sasak”, ada yang menyebut “Gumi (bumi) Selaparang”, sesuai dengan nama salah satu kerajaan yang terkenal di Lombok pada zaman dulu, yaitu kerajaan Selaparang.
  [ Sejarah Asal Usul Nama Lombok | Cerita Rakyat Suku Sasak Lombok ]
Pulau Lombok sejak zaman kerajaan Majapahit sudah terkenal. Hal ini terbukti dengan disebutnya dalam buku Negarakertagama yang ditulis oleh Empu Prapanca. Negarakertagama ditemukan juga di Lombok.
Legenda masyarakat Sasak menceritakan bahwa pada zaman dahulu kala, kerajaan Mataram Lama di Jawa Tengah dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Pramudawardhani yang kawin dengan Rakai Pikatan. Konon sang Permaisuri adalah seorang ahli pemerintahan, sedangkan sang suami ahli peperangan. Kekuasaannya ke barat sampai ke Pulau Sumatra, ke timur sampai ke Pulau Flores. Ketika itulah banyak rakyat Mataram pergi berlayar ke arah timur melalui Laut Jawa menggunakan perahu bercadik.
  [ Sejarah Asal Usul Nama Lombok | Cerita Rakyat Suku Sasak Lombok ]
Tujuan mereka berlayar tidak diketahui secara pasti. Apakah untuk memperluas kekuasaan atau menghindari kerja berat, karena pada saat itu Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Kalasan sedang dibangun oleh sang raja.

Demikianlah mereka berlayar lurus ke timur dan mendarat di sebuah pelabuhan. Pelabuhan itu diberi nama Lomboq (lurus), untuk mengenang perjalanan panjang.

Mereka lurus ke timur tersebut. Selanjutnya, Lomboq kini tidak hanya menjadi nama pelabuhan tempat perahu itu mendarat, tetapi juga menjadi nama pulau Lomboq yang kemudian berubah menjadi Lombok. Mereka berlayar menggunakan perahu bercadik yang disebut “sak-sak”, dan jadilah mereka dinamakan orang Sak-Sak Yang berarti orang yang datang menggunakan perahu. Kemudian, mereka membaur dengan penduduk asli. Pada waktu itu, di Pulau Lombok telah ada kerajaan yang disebut kerajaan Kedarao (mungkin sekarang Sembalun dan Sambelia). 
  [ Sejarah Asal Usul Nama Lombok | Cerita Rakyat Suku Sasak Lombok ]
Mereka kemudian mendirikan kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok sekarang. Kerajaan Lombok menjadi besar, berkembang dalam lima abad, hingga dikenal di seluruh Nusantara, sebagai pelabuhan yang dikunjungi oleh para pedagang dari Tuban, Gresik, Makasar, Banjarmasin, Ternate, Tidore, bahkan Malaka. Jika datang ke Lombok, orang Malaka membeli beras, tarum, dan kayu sepang.

Kerajaan Lombok kemudian dikalahkan oleh kerajaan Majapahit. Raja dan permaisurinya lari ke gunung dan mendirikan kerajaan baru Yang diberi nama Watuparang yang kemudian terkenal dengan nama kerajaan Selaparang.

Kapan nama Lomboq berubah menjadi Lombok, dan nama Sak-Sak berubah menjadi Sasak tidak diketahui secara pasti. Yang jelas sekarang pulaunya terkenal dengan nama Pulau Lombok dan suku bangsanya terkenal dengan nama suku Sasak. Nama Selaparang Sudah diabadikan menjadi nama sebuah jalan protokol dan nama lapangan terbang di Mataram, ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat.

Desa Wisata Di Kabupaten Lombok Utara

Objek Wisata Di Kabupaten Lombok Utara ( KLU ) | Gumantar adalah salah satu desa dari delapan desa yang ada di wilayah Kecamatan Kayangan Lombok Utara.Hingga sekarang, desa ini banyak meninggalkan beberapa situs sejarah yang penuh dengan nuansa adat istiadatnya, terutama yang berpusat di Dusun Dasan Beleq.
Secara sosiokultural, masyarakat adat Dasan Beleq berkaitan erat dengan ajaran Islam. Hal ini bisa dilihat dari situs budaya yang ada, terus hidup dan berkembang sejalan dengan ritme kehidupan masyarakat setempat.
Objek Wisata Di Kabupaten Lombok Utara ( KLU )Pusat aspek keagamaan terdapat di dusun Gumantar, dimana Mesjid Kuno yang ada sekarang adalah dibangun oleh para wali dan ulama’ penyebar agama Islam terdahulu, sedangkan pusat Pemerintahannya kala itu terdapat di Dusun Dasan Beleq ini.
Situs–situs sejarah peninggalan para wali penyebar agama Islam yang tedapat di Dusun Dasan Beleq Desa Gumantar Kecamatan Kayangan KLU ini, menurut tokoh adat Dusun Dasan Beleq, Malinom (48), mengatakan bahwa, ada beberapa peninggalan, diantaranyaBale Bangar Gubuq’, yang oleh masyarakat setempat disebutnya Pagalan. Bale ini, terletak ditengah-tengah Gubuq Dasan Beleq, dengan ukuran 5x5 m. Bale (rumah) ini, menurut Malinom, keberadaannya diyakini dibuat oleh orang yang pertama kali datang dan menetap di Dusun Dasan Beleq.
Namun menurut Sahir (40), salah seorang tokoh muda yang disegani di dusun setempat, menceritakan kepada suarakomunitas.net, tentang keberadaan dari seorang wali penyebar agama Islam yang pertamakali datang dan menetap di kampung Dasan Beleq tersebut. Diceritakan, konon katanya, pada sekitar abad 16 Masehi, ketika agama Islam sudah mulai tersebar ke seluruh pelosok tanah air, tak terkecuali para penyebar ajaran Islam sampai juga ke wilayah utara lereng gunung Rinjani. Termasuk di gumi Dasan Beleq ini. “Kedatangannya dari mana, dan siapa nama nya, itu tidak bisa dipastikan,”kata Malinom dengan mimik yang penuh keseriusan. 
Para penyebar agama Islam yang pertama kali datang ke tempat itu (Dasan Beleq), menurut Sahir, diawali dari Gunung Rinjani. Penyebar agama Islam ini, bernama Mak Beleq dan Kendi (menyerupai Kendi) turun dari Gunung Rinjani, yang dikemudian hari, dalam perjalanan sejarah, setelah berkuasa dan menyebarkan agama Islam di daerah Bayan, Mak Beleq dikenal dengan sebutan Datu Bayan.Sedangkan temannya yang bernama Kendi tadi, kala itu,tetap tinggal dan menyebarkan agama Islam di daerah Dasan Beleq dan sekitarnya.
Diceritakan, sebelum sampai ke Dasan Beleq, para penyebar ajaran Islam (Mak Beleq dan Kendi) ini berhenti dulu di Pawang Semboya, untuk melihat sekeliling utara lereng gunung Rinjani, kearah mana nantinya tujuannya yang pertama dalam menyebarkan ajaran Islam yang dibawanya. Setelah mantap keteguhan hatinya, maka dipilihlah suatu daerah sebagai tujuannya yang pertama dalam menyebarkan ajaran Islam. Daerah tersebut, sekarang dikenal dengan nama Dusun Dasan Beleq. Karena yang pertama kali datang ditempat itu bernama Mak Beleq, sebelum melanjutkan penyebarannya ke daerah Bayan.
Kemudian, situs peninggalan sejarah yang lain di Dusun Dasan Beleq ini adalah Bale Adat yang berada di Pawang Gedeng/Pawang Adat, sekitar 400 meter kearah selatan Gubuq Dasan Beleq sekarang.
Bale adat yang berada ditengah Pawang Gedeng/Pawang Adat ini, terbuat dari anyaman pohon bambu. Mulai dari atap hingga pagarnya semuanya terbuat dari bambu. Disamping Bale Adat ini, sekitar 5 meter disebelah barat laut dari Bale Adat tersebut, didirikan ‘Berugak Agung’ saka enam, sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritual adat di Bale Adat tersebut. Selain sebagai tempat persinggahan para tetua adat sebelum melaksanakan upacara ritualnya, maka Berugak Agung ini, digunakan pula sebagai tempat mempersiapkan sesaji dan segala bentuk hidangan makanan yang disajikan dalam wadah yang disebut dulang, yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat adat  yang hadir dalam upacara adat,  usai melakukan upacara ritual di Bale Adat tersebut.
Menurut Sahir, yang mendampingi wartawan suarakomunitas.net, ketika mengunjungi Bale Adat yang berada di tengah Pawang Gedeng beberapa waktu lalu, mengatakan, kalau belum sampai waktunya diadakan acara ritual di Bale Adat tersebut, siapa saja tidak boleh masuk atau sekedar melintas didalam arena atau halaman Bale Adat. “Itu pemalik,”katanya meyakinkan.
Wartawan suarakomunitas.net pun, ketika mengambil gambar Bale Adat dan Berugak Agung tersebut, hanya dari luar areal pembatas. Nuansa adat di sebuah dusun tradisional yang jauh dari bisingnya kehidupan masyarakat modern ini, masih kental dengan tradisi-tradisi wetu telu, berurat berakar dikalangan sebagian masyarakat Dayan Gunung, yang masih kuat memegang tradisi tersebut.
Komunitas masyarakat adat dusun Dasan Beleq, menurut Sahir, upacara ritual di Bale Adat yang berada di Pawang Gedeng itu, akan dilaksanakan secara besar – besaran empat  bulan sekali. Upacara tersebut, menurut Sahir adalah upacara Buku Beleq. Disebut demikian, karena upacara ini dilaksanakan empat bulan sekali secara besar-besaran. Namun Sahir juga mengaku, bahwa pelaksanaan upacara ritual adat di Pawang Gedeng tersebut, tiap bulan juga dilaksanakan,tetapi hanya sekedar upacara kecil-kecilan.
“Pelaksanaan upacara Buku Beleq di Bale Adat dalam Pawang Gedeng ini, akan dilaksanakan dua bulan lagi dari sekarang.Namun sebelumnya, masyarakat adat Dusun Dasan Beleq secara gotong royong memperbaiki dulu atap dan pagar dari Bale Adat ini, dimana ‘bambu lande’ yang digunakan diambilkan dari suatu tempat yang sudah ditentukan, yaitu dari daerah Tenggorong"

Wetu Telu

 
Pura Ligsar 1920
Wetu Telu (bahasa Indonesia:Waktu Tiga) adalah praktik unik sebagian masyarakat suku Sasak yang mendiami pulau Lombok dalam menjalankan agama Islam. Ditengarai bahwa praktik unik ini terjadi karena para penyebar Islam pada masa lampau, yang berusaha mengenalkan Islam ke masyarakat Sasak pada waktu itu secara bertahap, meninggalkan pulau Lombok sebelum mengajarkan ajaran Islam dengan lengkap[1]. Saat ini para penganut Wetu Telu sudah sangat berkurang, dan hanya terbatas pada generasi-generasi tua di daerah tertentu, sebagai akibat gencarnya para pendakwah Islam dalam usahanya meluruskan praktik tersebut.

Sebelum masuknya Islam, masyarakat yang mendiami pulau Lombok berturut-turut menganut kepercayaan animisme, dinamisme kemudian Hindu. Islam pertama kali masuk melalui para wali dari pulau Jawa yakni sunan Prapen pada sekitar abad XVI, setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Bahasa pengantar yang digunakan para penyebar tersebut adalah bahasa Jawa Kuno. Dalam menyampaikan ajaran Islam, para wali tersebut tidak serta merta menghilangkan kebiasaan lama masyarakat yang masih menganut kepercayaan lamanya. Bahkan terjadi akulturasi antara Islam dengan budaya masyarakat setempat, karena para penyebar tersebut memanfaatkan adat-istiadat setempat untuk mempermudah penyampaian Islam. Kitab-kitab ajaran agama pada masa itu ditulis ulang dalam bahasa Jawa Kuno. Bahkan syahadat bagi para penganut Wetu Telu dilengkapi dengan kalimat dalam bahasa Jawa Kuno. Pada masa itu, yang diwajibkan untuk melakukan peribadatan adalah para pemangku adat atau kiai saja.
Dalam[1] disampaikan dugaan bahwa praktik tersebut bertahan karena para wali yang menyebarkan Islam pertama kali tersebut, tidak sempat menyelesaikan ajarannya, sehingga masyarakat waktu itu terjebak pada masa peralihan. Para murid yang ditinggalkan tidak memiliki keberanian untuk mengubah praktik pada masa peralihan tersebut ke arah praktik Islam yang lengkap. Hal itulah salah satu penyebab masih dapat ditemukannya penganut Wetu Telu pada masa modern.
Dalam masyarakat lombok yang awam menyebut kepercayaan ini dengan sebutan "Waktu Telu" sebagai akulturasi dari ajaran islam dan sisa kepercayaan lama yakni animisme,dinamisme,dan kerpercayaan Hindu.Selain itu karena penganut kepercayaan ini tidak menjalankan peribadatan seperti agama Islam pada umumnya (dikenal dengan sebutan "Waktu Lima" karena menjalankan kewajiban salat Lima Waktu).Yang wajib menjalankan ibadah-ibadah tersebut hanyalah orang-orang tertentu seperti kiai atau pemangku adat (Sebutan untuk pewaris adat istiadat nenek moyang). Kegiatan apapun yang berhubungan dengan daur hidup (kematian,kelahiran,penyembelihan hewan,selamatan dsb) harus diketahui oleh kiai atau pemangku adat dan mereka harus mendapat bagian dari upacara-upacara tersebut sebagai ucapan terima kasih dari tuan rumah.

Lokasi yang terkenal dengan praktik Wetu Telu di Lombok adalah daerah Bayan, yang terletak di Kabupaten Lombok Utara. Pada lokasi ini masih dapat ditemukan masjid yang digunakan oleh para penganut Wetu Telu. Ada juga sebuah tempat yang digunakan oleh umat berbagai agama untuk berdoa.Namanya "Kemaliq" yang artinya tabu,suci dan sakral.terletak di desa Lingsar Kabupaten Lombok Barat yang setiap tahun mengadakan sebuah upacara adat yang bernama "Upacara Pujawali Dan Perang Topat" sebagai wujud rasa syukur atas hujan yang diberikan Tuhan YME pada umat manusia.

Monday, 6 January 2014

Legenda Penyamaran Pemban Pejanggik



 
Bale Beleq Kita
Sambil menyusuri pantai selatan. Karena tak dikenal sebagai Peban, sepanjang perjalanannya menemukan ujian-ujian kesabaran ketika berhadapan dengan beberapa orang penduduk desa yang tak mempedulikannya. Ini mungkin menyakitkan bagi dirinya bila keinginannya tidak dikabulkan. Maka sang Peban mengucapkan ‘kutuk’ dan berlaku hingga sekarang.
Dalam kisahnya, disebuah dusun bernama Serenting desa Kuta kecamatan Pujut, di dusun itu hingga kini tumbuh pohon Kelor yang tidak bisa berbuah. Kutukan ini terjadi ketika sang Peban beristirahat dan ingin menyantap sayur buah kelor, tapi oleh empunya pohon kelor dibongongi dengan mengatakan, pohon kelornya sedang tidak berbuah. Faktanya, pohon kelor di Serenting, hingga kini tidak bisa berbuah.
Sang Pemban melanjutkan perjalanan menuju dusun Tarung-arung dan beristirahat sejenak, untuk sekedar santap siang. Sebagai orang Sasak yang suka makan sambal cabai, sang Pemban tergiur juga untuk dibuatkan sambal cabai segar yang ada disekitar tempat istirahat. Tapi apa kata pemilik kebun cabai? “Cabai saya belum matang untuk dibuat sambal” padahal di situ tanmpak jelas buah cabai yang memerah. Sang Pemban jadi kesal, tapi yang bisa dilakukan sebatas mengucap ’kutuk’, yaitu pohon cabai yang ditanam di dusun itu supaya tak pernah bisa berbuah merah. Hal ini sebagai balas atas kebohongan pemilik kebun cabai yang enggan berbagi beberapa buah cabai untuk orang lain.
Aneh memang, sampai kini di dusun Tarung-arung, buah cabai tidak akan berbuah merah. Meski buahnya telah cukup matang dan sudah terasa pedas, tapi tetap tidak bisa menjadi cabai merah.
Perjalanan spiritual sang Pemban, agaknya berlangsung pada bulan Pituq, bulan ke tujuh dalam kalender Sasak. Serupa dengan kedua kutuk di atas, terjadi juga di Pantai Kute, sebuah desa nelayan dan pariwisata. Di pingghir pantai sang Pemban mendirikan kemah. Ketika ingin sarapan pagi, sang Pemban ingin sekali makan ikan. Kebetulan saat itu nelayan yang baru turun melaut dengan hasil tangkapan yang cukup. Sang Pemban meminta seekor ikan kepada nelayan yang tangkapannya cukup banyak. Si nelayan memberikan dua ekor namun dengan nada agak ketus, ngedumel dan membalikkan badan. Pemberian itu sebagai tanda tak ikhlas. Melihat situasi yang tak mengenakkan itu, tentu sang Pemban menjadi kesal, kecewa dan sakit hati. “Kalau begitu, ikan ini jangan sampai dimakan, biar kukembalikan kehabitatnya ke laut luas”, demikian kata sang Pemban. Tapi sebelum ikan itu dilempar ke laut, lagi-lagi sang Pemban sempat mengucap kutuk. Biarlah ikan ini menjadi ikan beracun yang tak dapat dimakan manusia.
Apa yang terjadi kemudian? Disetiap bulan Pituq, selalu terdapat korban penduduk di desa itu yang keracunan karena makan jenis ikan Tamban. Penduduk setempat menyebutnya ikan Tamban Bulan Pituq.

Asal usul Nama Gunung Rinjani

 
Gunung Rinjani
Kali ini saya menuliskan sebuah artikel tentang pulau Lombok yang berjudul Misteri dan sejarah yang masih tersimpan di Gunung Rinjani Lombok. Dimana nanti saya akan mengulas tentang sejarah asal usul dinamakan gunung rinjani, kenapa diberikan nama rinjani?. Silahkan lanjut membaca artikel ini yang berkisahkan cerita rakyat dari Lombok. Jika ingin mengetahui lebih banyak lagi, lanjut membaca tentang pulau Lombok.

Sampai sekarang dan hingga saat ini Pulau ini teteap menjadi populer oleh wisatawan dimana di pulau Lombok ini terdapat gunung terbesar ke 3 di Indonesia yakni Gunung Rinjani (Montain Rinjani) yang bigitu indah pemandangan alamnya.


Gunung Rinjani adalah gunung terbesar ketiga di Indonesia setelah gunung di Pulau Papua dan Jawa. Gunung Rinjani terletak di Pulau Lombok - Nusa Tenggara Barat - Indonesia, tepatnya di Lombok Timur yang ber-ibu kotakan Selong. Gunung ini memliki ketinggian 3.726 m (diatas permukaan laut) dan  terletak pada lintang 8º25' LS dan 116º28' BT, Gunung ini merupakan Gunung favorit bagi para pendaki Indonesia karna keindahan alam yang dimilikinya.


Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani yang memiliki luas sekitar 41.330 ha dan ini akan diusulkan penambahannya sehingga menjadi 76.000 ha ke arah barat dan timur. Danau kawah Segara Anak yang dimilikinya dengan Gunung Barujari di tepi danau dilihat dari puncak Gunung Rinjani di sisi timur. Gunung Rinjani dengan titik tertinggi 3.726 m (diatas permukaa laut) , mendominasi sebagian besar pemandangan Pulau Lombok bagian utara.


Di sebelah barat kerucut Rinjani terdapat kaldera dengan luas sekitar 3.500 m × 4.800 m. Memanjang kearah timur. Di kaldera ini terdapat Segara Anak (segara = laut, danau) seluas 11.000.000 m persegi dengan kedalaman 230 m. Air yang mengalir dari danau tersebut membentuk air terjun yang memiliki pemandangan yang sangat indah. mengalir melewati jurang yang tajam dan curam.


Di Segara Anak banyak dijumpai ikan mas dan mujair sehingga sering digunakan untuk memancing. Bagian selatan danau ini disebut dengan Segara Endut. Di sisi timur kaldera terdapat Gunung Baru (atau Gunung Barujari) yang memiliki kawah berukuran 170m×200 m dengan ketinggian 2.296 - 2376 m (diatas permukaan laut). Gunung kecil ini terakhir aktif/meletus sejak tanggal 2 Mei 2009 dan sepanjang Mei, setelah sebelumnya meletus pula pada tahun 2004. Jika letusan tahun 2004 tidak memakan korban jiwa, dan pada letusan tahun 2009 ini telah memakan korban jiwa tidak langsung sebanyak 31 orang, karena banjir bandang pada Kokok (Sungai) Tanggek akibat desakan lava ke Segara Anak. Sebelumnya, Gunung Barujari pernah tercatat meletus pada tahun 1944 (sekaligus pembentukannya), 1966, dan 1994.


Gunung ini merupakan bagian dari ‘cincin api’ yang terkenal dan memegang peranan penting dalam aspek kehidupan spiritual masyarakat setempat. Diperkirakan bahwa nama Rinjani berasal dari istilah Jawa Kuno yaitu ‘Tuhan’.


Di sekitar lereng Gunung Rinjani terdapat hutan lebat yang diperciki air terjun dan dikelilingi pemandangan yang luar biasa indahnya maka tidak heran banyak visitor dari luar negeri maupun dalam negeri. Di dalam kawasan gunung terdapat danau berbentuk sabit yaitu danau Segara Anak yang luar biasa  yang jaraknya sekitar 6 km bersebrangan dengan titik terlebarnya. Danau sulfur ini berada 600 m di bawah lereng kawah. Dari tengah danau ini naik gunung api yang baru yaitu Gunung Baru yang merupakan akibat dari erupsi bertubi-tubi tahun 1990-an.


Segara Anak merupakan tempat spiritual. Orang Bali datang kesini setiap tahun dan mengadakan upacara yang disebut pekelan dimana perhiasan ditempatkan di danau sebagai persembahan kepada roh gunung. Masyarakat Sasak Wetu Telu juga menganggap danau tersebut sebagai tempat suci dan mereka datang ke sini untuk berdoa pada malam bulan purnama.
 
Gunung Rinjani terbentang di Taman Nasional Gunung Rinjani. Taman dengan luas 41.330 ha dan di dalamnya terdapat zona transisi Garis Wallacea. Di tempat inilah flora dan fauna tropis Asia Tenggara bertemu dengan flora dan fauna Australia. Taman Nasional ini didirikan tahun 1997 dan merupakan salah satu dari 40 taman nasioanl yang ada di Indonesia.


Bagi para wisatawan, rute trek Rinjani yang berlangsung selama 3 hari meliputi trekking dari Senaru ke lereng kawah, menuruni kawah danau lalu berlanjut ke Sembalun Lawang yang dianggap sebagai salah satu tempat penjelajahan terbaik di Asia Tenggara. Para trekker yang sejati biasanya meneruskan perjalanan ke puncak gunung berapi. Gunung berapi ini dapat ditempuh dari Sembalun Lawang dan menghabiskan waktu 4 hari yang berakhir di Senaru.


Untuk memastikan bahwa masyarakat setempat mendapatkan keuntungan dari pemasukan pariwisata maka Trek Rinjani dikelola oleh kemitraan resmi Taman Nasional yaitu perwakilan masyarakat dan industri sektor umum dan pribadi pariwisata Lombok. Masyarakat menjalankan koordinasi koperatif penjelajahan di Rinjani Trek Center (RTC) di Senaru dan Rinjani Information Center (RIC) di Sembalun Lawang.


Pemasukan dari pariwisata dan tiket masuk digunakan untuk konservasi, manajemen, dan membantu Taman Nasional dengan pemeliharaan Trek Rinjani, dengan demikian Taman Nasional dapat terpelihara dengan baik. Model manajemen ini adalah manajemen yang unik di Indonesia dan dianggap sebagai contoh praktik ekowisata di Indonesia.


Danau segara anak menyimpan berbagai misteri dan dan kekuatan gaib, itulah sebabnya manusia merasa betah tinggal lama di tempat ini. Disinilah komunitas mahkluk gaib yang disebut Jin bermukim dalam jumlah yang sangat banyak. Keyakinan masyarakat apabila Danau Segara Anak terlihat luas menandakan bahwa umur orang orang yang melihat itu masih panjang. Sebaliknya jika tampak sempit maka menandakan umur si penglihat pendek, untuk itu harus melakukan bersih diri artinya harus berjiwa tenang, bangkitkan semangat hidup, pandang kembali danau sepuas-puasnya.


Setiap tahun diadakan upacara adat di danau ini baik oleh masyarakat yang beragama Hindu Bali atau pun Islam masyarakat Sasak. Masyarakat Hindu Bali dua kali setahun mengadakan upacara agama di danau ini. Masyarakat Sasak bisa beberapa kali mengadakan perjalanan dalam satu tahun. Terdapat air terjun kokok putih dan juga air panas yang sering dikunjungi orang untuk tujuan pengobatan.


Puncak Gunung Rinjani diyakini oleh masyarakat Lombok sebagai tempat bersemayam ratu jin, penguasa gunung Rinjani yang bernama Dewi Anjani. Dari puncak ke arah tenggara terdapat sebuah kaldera lautan debu yang dinamakan Segara Muncar. Pada saat-saat tertentu dengan kasat mata dapat terlihat istana Ratu Jin.


Pada zaman dahulu tidak jauh dari pelabuhan Lembar, terdapat sebuah Kerajaan Tuan yang diperintah oleh seorang Raja yang sangat bijaksana bernama Datu Tuan bersama permaisurinya yang sangat cantik Dewi Mas. Di bawah pemerintahan Raja Datu Tuan, kerajaan dalam keadaan aman, damai, dan tenteram. Namun meskipun demikian Raja kelihatan sering bersedih, hal ini dikarenakan beliau belum dikarunia seorang putera, sementara Raja dan Permaisuri sudah semakin bertambah tua.

Pada suatu hari Raja dan permaisuri duduk bercakap-cakap membicarakan masalah keluarga. Baginda mengemukakan bagaimana susahnya kelak karena tidak memiliki anak. Bersabdalah Datu Tuan “Adinda kanda ingin menyampaikan permintaan, ijinkanlah kakanda mengambil istri seorang lagi. Mudah-mudahan dengan demikian kita akan dikaruniai anak yang akan menggantikan pemerintahan kelak”.
Setelah Sang Permaisuri menyetujui, maka Baginda Datu Tuan segera meminang seorang gadis cantik yang bernama Sunggar Tutul, puteri dari Patih Aur.

Semenjak itu perhatian Raja terhadap Dewi Mas berkurang, beliau lebih sering tinggal di istana isteri yang baru. Raja yang terkenal adil ini telah bertindak tidak adil terhadap permaisurinya. Meskipun demikian Dewi Mas tetap selalu sabar, dan karena kemurahan Yang Maha Kuasa maka Dewi Mas mengandung.
Berita tentang Dewi Mas mengandung ini tentu saja mengejutkan Sunggar tutul, ia takut Raja akan berpaling dari dirinya dan kembali ke Permaisuri Dewi Mas. Untuk itu dengan cara yang licik Sunggar Tutul menghasut Raja, bahwa kehamilan Dewi Mas diakibatkan oleh perbuatan serong dengan seorang yang bernama Lok Deos.

Murkalah Baginda Datu Tuan, maka Dewi Mas pun di usir dari istana dan dibuang ke sebuah gili. Dengan ditemani para pengiringnya Dewi Mas tinggal di gili, mereka membangun suatu pemukiman. Dewi Mas tetap tegar dalam menempuh kehidupan menuju hari depan. Pada suatu ketika lewatlah sebuah kapal mendekati gili tersebut, seperti ada suatu kekuatan gaib sang Nakhoda kapal tersebut mengarahkan kapalnya ke gili, dan dari kejauhan dia melihat seorang wanita cantik yang bersinar. Nakhoda dan para awak kapalpun berlabuh dan mampir ke pondok Dewi Mas.

Setelah dijamu para penumpang kapal tersebut menanyakan kenapa Dewi Mas bisa tinggal di tempat tersebut, karena selama ini gili tersebut tidak berpenghuni. Dewi Mas pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya. Dewi Mas meminta Nakhoda dan awak kapal tersebut untuk mengantarkannya ke pulau Bali. Akhirnya Dewi Mas beserta para pengiringnya tinggal di Bali dan membangun pemukiman baru.
Hari kelahiranpun tiba, Dewi Mas melahirkan dua anak kembar yang masing-masing disertai dengan keajaiban. Seorang bayi laki-laki lahir beserta sebilah keris, dan seorang lagi bayi perempuan lahir beserta anak panah. Bayi laki-laki ini diberi nama Raden Nuna Putra Janjak sedangkan bayi perempuan dinamakan Dewi Rinjani.

Kedua bayi tersebut tumbuh besar menjadi anak-anak yang lucu dan menarik. Namun pada suatu hari kedua anak tersebut menanyakan siapakah ayah mereka, karena selama ini mereka sering diejek teman-temannya karena tidak punya ayah. Karena desakan kedua anaknya yang terus menerus, maka Dewi Mas pun menceritakan semua kisah yang dialaminya. Diceritakannya bahwa ayah mereka adalah seorang Raja di Lombok yang bernama Datu Tuan, dirinya dibuang kesebuah gili karena difitnah oleh madunya Sunggar Tutul.

Raden Nuna Putra Janjak menjadi sangat marah dia memohon kepada ibunya agar diijinkan untuk menemui ayahnya ke Lombok. Karena terus di desak akhirnya Dewi Mas pun mengijinkan puteranya bersama para pengiring berlayar ke Lombok.

Sesampai di Lombok Raden Nuna Putra Janjak segera masuk ke istana namun di hadang oleh para penjaga. Pertarunganpun tak terelakkan, Raden Nuna Putra Janjak meskipun masih kecil namun dengan keris ditangan yang muncul bersamaan ketika ia lahir, sangatlah sakti dan tak tertandingi. Banyak lawan yang tak berdaya hingga Baginda Datu Tuan harus turun bertanding. Pertarungan yang serupun terjadilah, mereka saling menghujamkan kerisnya. Mereka berdua sama kuat, keris masing-masing tidak dapat saling melukai. Tiba-tiba terdengarlah suara gaib dari angkasa ” Hai Datu Tuan, jangan kau aniaya anak itu. Anak itu adalah anak kandungmu sendiri dari istrimu Dewi Mas”.

Setelah mendengar suara itu , ia amat menyesal maka dipeluknya Raden Nuna Putra Janjak. Setelah mendengar cerita dari Raden Nuna Putra Janjak , maka Baginda Datu Tuan segera menjemput permaisuri ke Bali. Seluruh istana dan penduduk Tuan bersuka cita, Dewi Mas tidak menaruh dendam sama sekali kepada Sunggar Tutul, mereka semua hidup damai dan tenteram. Raden Nuna Putra Janjak tumbuh dewasa menjadi seorang pemuda yang sangat tampan dan bijaksana. Baginda Datu Tuan sudah semakin tua dan akhirnya menyerahkan tahta kerajaan kepada puteranya.

Sesudah puteranya naik tahta Baginda Datu Tuan kemudian menyepi di gunung diiringi putrinya Dewi Rinjani. Di puncak gunung itulah baginda dan puterinya bertapa bersemedi memuja Yang Maha Kuasa. Di puncak gunung ini Dewi Rinjani diangkat oleh para Jin dan mahluk halus untuk dijadikan Ratu. Dan sejak saat itulah gunung yang tinggi di pulau Lombok tersebut dinamakan Gunung Rinjani.

MITOS DAN LEGENDA PULAU LOMBOK

Berikut adalah mitos dan legenda yang terdapat di Lombok.

1. Gunung Rinjani menurut kepercayaan masyarakat Sasak merupakan 
singgasana Dewi Anjani yang merupakan Ratu para Jin. Sebagian masyarakat lokal percaya bahwa Nama suku Sasak
adalah pemberian dari Dewi Anjani. Di Puncak gunung Rinjani diyakini oleh masyarakat umum di lombok adalah Sebagai tempat bersemayamnya Raja Jin, penguasa Gunung Rinjani bernama Dewi Anjani. dari puncah ke arah tenggara terdapat sebuah lautan debu ( kaldera ) yang dinamakan Segara Muncar. pada saat saat tertentu, dengan kasat mata dapat terlihat istana Ratu Jin. Pengikutnya merupakan golongan Jin yang baik baik. alkisah Ratu Jin Dewi Anjani adalah seorang putri Raja yang tidak di izinkan menikah dengan kekasih pilihannya. pada suatu tempat mata air bernama Mandala sang Ratu Menghilang. ia berpindah tempat dari alam nyata menuju alam gaib ( alam Jin ).
 
2. Dari atas, danau segara segara anak tampak luas meyerupai lautan. Dengan warna air yang mebiru, danau ini bagaikan anak lautan, karena itulah disebut segara anak, danau segara anak
menyimpan berbagai misteri dan kekuatan gaib, itulah sebabnya manusia merasa betah tinggal lama di tempat ini. Disinilah komunitas mahluk gaib yang disebut jin bermukim. Diyakini sekitar danau segara anak di huni oleh komunitas bangsa jin yang sangat banyak, sebagai besar dari mereka beragama islam. Keyakinan masyarakat, apabila Danau Segara ANak terlihat luas menandakan bahwa umur orang yang melihat itu masih panjang. Sebaliknya jika tampak sempit maka menandakan umur si pelihat pendek. Untuk itu agar tidak menjadikan seseorang pesimis maka segera dilakukan bersih diri, artinya bangkitkan semangat hidup dan harus berjiwa tenang. pandanglah kembali danau sepuas puasnya. Pantangan ketika di sana, tidak boleh melakukan hubungan intim suami istri, jangan mengeluh dan berkata kotor, harus tetap sabar dalam menghadapi persoalan persoalan.
 
3. Sandar Nyawa / Bunga Abadi. Jenis tanaman ini menurut kepercayaan terlarang di petik, karena tanaman ini merupakan tanaman di dalam Taman Sari dari kerajaan Jin di alam gaib. untuk memperoleh bunga ini masyarakat pada zaman dulu harus berani mempertaruhkan nyawanya. itulah sebabnya bunga ini disebut bunga Sandar Nyawa. bunga ini tak pernah layu, usianya sama dengan usia mahluk gaib.
4. Di Tamana national Gunung Rinjani terdapat 3 goa yang terkenal yaitu Goa susu, goa payung dan goa manik, goa susu dapat di jadikan media bercermin diri, sering di gunakan sebagai
tempat bermeditasi. orang-orang yang berhati kotor, dengki akan mendapat kesulitan untuk memasuki goa susu. Lubangnya memang sempit namun sebaliknya, hanya orang-orang yang berhati mulia, bersih lahir batinnya yang dapat memasukinya. dari dalam goa air menetes dari ujung bebatuan yang meyerupai punting susu, itulah sebabnya di sebut goa susu. Rasa air yang menetes dari setiap puting tersebut berbeda beda. Di dalam goa susu terasa suhu yang panas dan berasap bagaikan asap kukusan sehingga pelakuan dalam proses ini di sebut mengukus dan terkadang orang menyebutnya rontgen, dan sangat bagus untuk menyembuhkan segala macam penyakit di badan.
 
5. Putri Nyale (Putri Mandalika) dikisahkan adalah seorang putri cantik jelita yang dicintai oleh rakyatnya. Seorang Putri yang rela berkorban demi rakyatnya. dikisahkan bahwa adanya dua
orang pangeran dari negeri yang bebeda ingin melamar putri Mandalika. mereka menggunakan segala cara agar dapat memiliki sang putri termasuk mengancam akan membuat kerajaan tersebut sengsara. Akan timbul bencana bagi rakyatnya manakala sang putri menjatuhkan pilihannya pada salah seorang pangeran. “Wahai ayahanda dan ibunda serta semua pangeran dan rakyat negeri Tojang Biru yang aku cintai. Hari ini aku telah menetapkan bahwa diriku untuk kamu semua. Aku tidak dapat memilih satu diantara pangeran. Karena ini takdir yang menghendaki agar aku menjadi Nyale yang dapat kalian nikmati bersama pada bulan dan tanggal saat munculnya Nyale di permukaan laut”. Kira-kira seperti itulah kata-kata terakhir sang putri sebelum menceburkan diri kelaut dan berubah menjadi nyale. Setiap tanggal duapuluh bulan kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama, menjelang fajar di pantai Seger Kabupaten Lombok Tengah selalu berlangsung acara menarik yang dikunjungi banyak orang termasuk wisatawan. Acara yang menarik itu bernama Bau Nyale. Bau dari bahasa Sasak artinya menangkap. Sedangkan Nyale, sejenis cacing laut yang hidup di lubang – lubang batu karang di bawah permukaan laut. Penduduk setempat mempercayai Nyale memiliki tuah yang dapat mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat bagi orang yang meremehkannya.
6. Air Awet Muda di Taman Narmada dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai air yang dapat membuat orang yang meminumnya awet muda. Memasuki gerbang masuk Taman Narmada yang berarsitektur Hindu ini, mata Anda akan langsung disuguhi sebuah pemandangan taman yang hijau dan asri. Taman Narmada terletak di Kabupaten Lombok Barat, sekitar 10-15 kilometer sebelah timur Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Taman seluas dua hektare ini dibangun pada 1727 oleh Raja Mataram Lombok Anak Agung Ngurah Karang Asem. Nama Narmada sendiri diambil dari nama anak Sungai Gangga di India, yang bernama Narmadanadi. Dalam kawasan Taman Narmada terdapat pancuran sembilan (siwak) yang letaknya di atas Segara Anak. Bangunan ini termasuk bangunan sakral bagi penganut Hindu Dharma maupun penganut Waktu Tilu. Selain keindahan taman yang tertata apik dan asri ini, daya tarik utama taman ini adalah terdapatnya sebuah Balai Petirtaan yang sumber mataairnya berasal dari Gunung Rinjani. Balai Petirtaan merupakan tempat pertemuan tiga sumber air, yakni Suranadi, Lingsar, dan Narmada. Mata airnya yang berasal dari Gunung Rinjani sekaligus sebagai tempat pertemuan tiga sumber mata air lainnya, air yang ada di Balai Petirtaan dipercaya berkhasiat dapat menjadikan orang yang meminum dan membasuh mukanya dengan air di situ akan awet muda. Sebelum mendapatkan air suci ini, pengunjung harus mengikuti tatacara yang dipandu seorang juru kunci penjaga (kuncen ) dalam balai petirtaan. Bersama sang kuncen, pengunjung mengikuti ritual pengambilan air. Sang kuncen kemudian meminta pengunjung berdoa menurut keyakinan masing-masing. Setelah, melalui serangkaian ritual tersebut barulah para pengunjung dapat menikmati dengan membasuh ke muka atau dengan meminumnya. Perlu juga diketahui ada larangan bagi wanita yang sedang datang bulan dilarang untuk masuk dalam balai petirtaan ini.
 
7. Pura yang tak kalah sarat mitos adalah Pura Suranadi di Kecamatan Narmada. Pura yang paling pertama berdiri di Lombok ini memiliki lima kolam mata air yang jernih. Di dalamnya
terdapat ikan yang dititipkan masyarakat setempat. Konon ikannya tidak boleh diambil karena yang menangkapnya akan sakit. Tapi air kolam bisa langsung diminum. Pura Suranandi hanya lima kilometer dari Pura Narmada.
 
8. Menurut sebagian masyarakat Lombok, penyebaran agama Islam di Indonesia oleh para wali Songo berakhir di Pulau Lombok. Sehingga menurut kepercayaan masyarakat Lombok, beberapa Sunan pernah menetap di Lombok diantara Sunan-Sunan tersebut adalah Sunan Kalijaga.
 
9. Masyarakat lokal Lombok jika melakukan wisata biasanya dimulai dari makam yang dikeramatkan kemudian baru ke tempat-tempat wisata lainnya. Hal ini menurut kepercayaan masyarakat adalah untuk menghindarkan dari musibah yang akan terjadi dalam perjalanan. Adapun beberapa makam yang dikeramatkan adalah Makam Loang Baloq, Makam Batu Layar, Makam Nyatuk, Makam Ketak, Makam Selaparang makam Tuan Guru Lopan, Makam Tuan Guru Pancor dan makam-makam lainnya.
 
10. Otak Kokok menjadi pilihan pavorit bagi pelajar yang menghadapi liburan sekolah. Hampir setiap hari minggu, pariwisata yang terdiri dari air terjun, kolam renang dan hutan lindung ini
dipadati ABG. Tidak hanya itu, para ibu-ibu bersama keluarganya juga datang meskipun hanya sekedar menikmati nuansa alamnya yang adem. Air terjun yang dulunya terkenal mampu menyembuhkan bebagai macam penyakit ini berada di wilayah kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Konon, ketika seorang yang berpenyakitan mandi di sini, maka air bekas mandi akan berubah menjadi putih, persis seperti air bekas cucuin beras. Dari keterangan warga setempat, air terjun ini mampu menyembuhkan penyakit reumatik, pegal-pegal, kudis, panu dan kurap. Itulah Beberapa mitos dan legenda yang banyak diyakini oleh sebagian masyarakat Sasak Lombok. Adapun kebenaran dari Mitos ataupun Legenda masih merupakan misteri dunia yang belum dapat terpecahkan. Selanjutnya terserah anda, mau percaya atau tidak. Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi beserta sega isinya
fe777-goasusu 4d36e-purasuranadi 8d2a5-segareanak 55f18-gunungrinjanicrater28lombok29 85f45-joben 188b8-nyale

Rinjani Mountain