Lontar babad Praya ditulis oleh penulis
Sasak yang yang berasal dari desa Batujai. Lontar ini menceritakan
sebab-sebab terjadinya pemberontakan pemuka masyarakat terhadap
kekuasaan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem yang berkuasa pada saat itu.
Sistem penulisan lontar ini dalam bentuk
sekaran (tembang) berbahasa Sasak. Ceritanya berawal dari latar
belakang pemberontakan Praya. Diceritakan,pemberontakan terjadi karena
adanya hasutan dari kalangan istana dan seorang yang berkebangsaan Arab
bernama Tuan Sayid Abdullah yang menetap di Ampenan. Hal ini terjadi
sebagaia akibat adanya tekanan dan keharusan membayar upeti (pajak)
serta adanya suatu paham yang keliru tentang dihalalkannya mencuri harta
orang non muslim (Bali). Yang disebut terakhir merupakan penyebab
khusus (Triger-penyelut) mulainya peperangan. Fitnah dan informasi yang
keliru atau tidak sesuai dengan kenyataan telah memperuncing suasana di
antar kedua belah puhak.
Dalam keadaan seperti itu,
keputusan-keputusan yang diambil tanpa melalui perhitungan atau
pemikiran panjang. Pihak yang satu mengunggulkan keberaniannya dan pihak
yang lain membanggakan kekuatannya. Berbagai kelemahan pada
masing-masing pihak dilukiskan dalam babad Praya ini misalnya,
ketergesaan yang membawa kesulitan pada pihak Praya dan kesalahan
strategi Anak Agung Made sebagai panglima perang kerajaan Mataram. Anak
Agung mempergunakan pasukan Islam (Sasak) Praya. Dalam babad ini
diceritakan pula akibat dari perang yang terjadi, berupa korban jiwa dan
harta benda. Perang ini berakhir dengan kehancuran kerajaan Karang Asem
Lombok dan masuknya Kolonialisme Belanda di Lombok.
Siapakah yang menang di antara mereka
dalam perang saudara ini? Itulah pertanyaan yang muncul setelah membaca
babad ini.Seperti bunyi ungkapan serat menak.
Yaktining para ratu kang ajurit
Kasoran tan kasoran
Unggul woten unggul
Mung sampeyan katiwasan
Para ratu lahire ungguling jurit
Nanging paduka tiwas
Artinya :
Sesungguhnya para pemimpin yang berperang
Kalah tiada kalah
Hanyalah Tuan terpedaya
Para pemimpin lahirnya menang perang
Tapi tuan-tuan terpedaya
Ringkasan
Babad Praya sebagaimana halnya
babad-babad yang lain seperti babad Lombok, Babad Selaparang (Babad
Sakra) merupakan nukilan sejarah yaitu sejarah Praya sewaktu melakukan
pemberontakan terhadap pemerintahan Anak Agung. Pemberontakan pertanian
di Praya terjadi sebagai akibat dari adanya pajak yang memberatkan
rakyat Praya.
Pemberontakan Praya terjadi pada tahun
1891 di bawah pimpinan Lalu Semail atau yang lazim disebut dengan Guru
Bangkol yang dibantu oleh pemuka lainnya yaitu H.Dolah, H.Yasin, Mamiq
Sepian, Mamiq Diraja, Mamiq Srinata, Ocet Talib dan lain-lain. Dalam
babad ini juga diceritakan adanya seorang yang menyatakan dirinya
berkebangsaan Arab bernama Tuan Serip. Ia adalah pengacau dan pengadu
domba kedua belah pihak yang berperang. Karena siasat adu domba itulah
maka ia berhasil mempengaruhi beberapa daerah lainnya, seperti Sakra,
Masbagik, Jerowaru, Pujut, Puyung, Kopang, Batukliang, Penujak,
Jonggat, Sukarara dan Kediri untuk mengadakan pemberontakan bersama-sama
dengan Praya.
Demikianlah maka perang tak dapat
dielakkan lagi. Kedua belah pihak masing-masing mempersiapkan diri.
Pihak Anak Agung dipimpin oleh Ratu Made dibantu oleh Ratu Nengah
Gengsok, Anak Agung Made Jelantik, Bagus Nyoman Gel-gel, Ida Conding dan
lain-lain keluar dari Cakranegara menuju ke timur untuk menyerbu Praya.
Demikian pula Praya yang semula telah sepakat menggabungkan kekuatan
dengan Puyung mulai bergerak ke arah barat menuju Cakra untuk mengadakan
penyerbuan. Akan tetapi Puyung tak dapat memenuhi janjinya dan tak
dapat dilewati oleh pasukan Praya karena dijaga ketat oleh para
prajurit yang setia di bawah pemerintahan Anak Agung. Pada waktu
penyerngan pertama Lalu Semail alias Guru Bangkol tidak bisa seterusnya
memimpin pasukan, karena mendadak sakit perut di tengah jalan. Ia
terpaksa kembali ke Praya karena sakit.Kedua pasukan itu akhirnya
bertemu di Batukeliang di tempat pertemuan pertama terjadi.
Pertemuan demi pertemuan terus berlangsug
sampai akhirnya pasukan Anak Agung dapat memasuki Praya. Inilah yang
menyebabkan sebagian warga kota Praya harus mengungsi. Sisa-sisa warga
kota dan para pemimpin mereka itulah yang terus mengadakan perlawanan
dengan siasat perang bertahan di tempat. Masjid dijadikan tempat
pertahanan mereka dengan mempergunakan senjata seadanaya berupa
keris-keris, tombak, pedang dan lain-lain. Sedangkan persenjataan Anak
Agung cukup modern karena sebagian besar memakai bedil. Karena merasa
kawatir terdesak oleh musuh, maka pada suatu saat, mereka membuat
semacam taktik yaitu dengan mengikatkan tombak pada orang-orangan yang
terbuat dari bumbug. Kalau talinya ditarik, maka semua orang-orangan itu
akan bergerak seperti orang yang hendak menombak. Diceritakan bahwa
siasat ini cukup berhasil karena musuh tidak berani maju mengadakan
perlawanan.
Penyerbuan Anak Agung tidak berhenti
sampai di sini, mereka terus menerus berusaha menduduki Praya dengan
berbagai cara seperti membakar rumah-rumah penduduk desa dan masjid
yang dijadikan tempat pertahanan. Pada saat itu hampir semua daerah
Praya dapat diduduki oleh Anak Agung. Daerah sekitarnya sampai sebelah
barat Leneng dan dari segala penjuru telah dibentengi Anak Agung. Akan
tetapi dengan sisa kekuatan dan kemampuan yang ada, Praya terus
bertahan sampai akhirnya berhasil mengusir Anak Agung dari Leneng.
Hal ini merupakan awal kemenangan Praya.
Kekalahan pasukannya membuat Anak Agung Made Karangasem bersama Anak
Agung Ketut Karangasem kembali menyusun strategi baru. Usahanya ini juga
gagal karena daerah-daerah di luar Praya seperti Jrowaru, Sakra,
Apitaik, Pringgabaya, Pohgading,dan daerah pesisir lainnya yang
sebelumnya setia kepada Anak Agung kini dibawah pimpinan H. Ali dan
Mamiq Wirasentana berbalik melawan Anak Agung. Demikian pula halnya
dengan Puyung yang dijadikan markas pertahanan Mataram, akhirnya dapat
dikuasai oleh Praya setelah Pujut, Kawo, Penujak, Batujai, Mujur,dan
Marong ikut menggabungkan diri. Dengan demikian berakhir pulalah upaya
pendudukan Anak Agung terhadap Praya dan daerah-daerah lainnya.
4 comments:
Referensi ??
Panjang sekali!!
trimakasih mamik atas ulasan sejarah babad praye...
Babad praya
Post a Comment