Merekonstruksi
sejarah Kerajaan Selaparang menjadi sebuah bangunan kesejarahan yang
utuh dan menyeluruh Kerajaan Selaparang merupakan salah satu kerajaan
tertua yang pernah tumbuh dan berkembang di pulau Lombok,Buku Sejarah
Daerah Nusa Tenggara Barat (2002) mencatat setidak-tidaknya tiga
pendapat tentang asal muasal Pertama, disebutkan bahwa kerajaan ini
merupakan proses kelanjutan dari kerajaan tertua di pulau Lombok,
yaituBetara Indra kemudian mendirikan kerajaan baru bernama Kerajaan
Suwung, yang terletak di sebelah utara Perigi Kedua, disebutkan bahwa
setelah Kerajaan Lombok dihancurkan oleh tentara Majapahit, Raden
Maspahit melarikan Ketiga, disebutkan bahwa pada abad XII, terdapat satu
kerajaan yang dikenal dengan nama kerajaan Perigi yang Agak sulit
membuat kompromi penafsiran untuk menemukan benang merah ketiga
deskripsi di atas. Minimnya Ekspedisi ini, lanjut Djelenga, meninggalkan
jejak kerajaan Gelgel di Bali. Sedangkan di Lombok, dalam Di antara
kerajaan dan desa itu yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah
Kerajaan Lombok yang berpusat Belakangan, ketika Kerajaan ini dipimpin
oleh Prabu Rangkesari, Pangeran Prapen, putera Sunan Ratu Giri, datang
mengislamkan kerajaan Lombok. Dalam Babad Lombok disebutkan, pengislaman
ini merupakan upaya dari Raden "Susuhnii Ratu Giri memerintahkan
keyakinan baru disebarkan ke seluruh pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim
"Susuhnii Ratu Giri memerintahkan keyakinan baru disebarkan ke seluruh
pelosok. Dilembu Manku Rat dikirim Setelah menyelesaikan tugasnya,
Prapen berlayar ke Sumbawa dan Bima. Namun selama ketiadaannya, karena
Setelah menyelesaikan tugasnya, Prapen berlayar ke Sumbawa dan Bima.
Namun selama ketiadaannya, karena Setelah kemenangannya di Sumbawa dan
Bima, Prapen kembali, dan dengan dibantu oleh Raden Sumuliya dan Setelah
kemenangannya di Sumbawa dan Bima, Prapen kembali, dan dengan dibantu
oleh Raden Sumuliya dan ke gunung-gunung, sebagian lainnya ditaklukkan
lalu masuk Islam dan sebagian lainnya hanya ditaklukkan. Prapen
meninggalkan Raden Sumuliya dan Raden Salut untuk memelihara agama
Islam, dan ia sendiri bergerak ke Bali, dimana ia memulai negosiasi
(tanpa hasil) dengan Dewa Agung Klungkung."Proses pengislaman oleh Sunan
Prapen menuai hasil yang menggembirkan, hingga beberapa tahun kemudian
Sementara di Kerajaan Lombok, sebuah kebijakan besar dilakukan Prabu
Rangkesari dengan memindahkan pusat Menurut Fathurrahman Zakaria, dari
wilayah pusat kerajaan yang baru ini, panorama Selat Alas yang indah
membiru Di bawah pimpinan Prabu Rangkesari, Kerajaan Selaparang
berkembang menjadi kerajaan yang maju di berbagai Bahkan kemudian dapat
menciptakan sendiri aksara Sasak yang disebut sebagai jejawen. Dengan
modal Bahasa Dengan mengkaji lontar-lontar tersebut, menurut
Fathurrahman Zakaria (1998) kita akan mengetahui prinsip-prinsip Selain
itu, dalam lontar-lontar yang ada diketahui bahwa istilah-istilah dan
ungkapan yang syarat dengan ide dan Kemajuan Kerajaan Selaparang ini
membuat kerajaan Gelgel di Bali merasa tidak senang. Gelgel yang merasa
Mengambil pelajaran dari serangan yang gagal pada 1520, Gelgel dengan
cerdik memaanfaatkan situasai untuk Namun niat Kerajaan Gelgel untuk
menaklukkan Kerajaan Selaparang terhenti karena secara internal kerajaan
Hindu Kedatangan VOC Belanda ke Indonesia yang menguasai jalur
perdagangan di utara telah menimbulkan kegusaran Ekspansi Gowa ini
menyebabkan Gelgel yang mulai bangkit tidak senang. Gowa dihadapkan pada
posisi dilematis, Akan tetapi terjadi perubahan sikap sepeninggal Dalem
Sagining yang digantikan oleh Dalem Pemayun Anom. Akhirnya perang
antara Gowa dengan Belanda tidak terelakkan. Gowa melakukan perlawanan
keras terutama Konon Gelgel berusaha memanfaatkan situasi dengan
mengirimkan ekspedisi langsung ke pusat pemerintahan Sekalipun
Selaparang unggul melawan kekuatan tetangganya, yaitu Kerajaan Gelgel,
namun pada saat yang Namun bahaya yang dinilai menjadi ancaman utama dan
akan tetap muncul secara tiba-tiba yaitu kekuatan asing, Di balik itu,
memang ada faktor-faktor lain terutama masalah perbatasan antara
Selaparang dan Pejanggik yang Atas prakarsanya sendiri, Raden Arya
Banjar Getas dapat menyeret Pejanggik bergabung dengan sebuah Ekspedisi
Namun dalam kenyataan sejarah, ekspedisi itu telah menghancurkan
Kerajaan Selaparang. Dan Kerajaan Selaparang Selaparang jatuh hanya tiga
tahun setelah menghadapi Belanda. Empat belas tahun kemudian, pada
tahun 1686
agaknya memerlukan pengkajian yang mendalam. Permasalahan utamanya terletak pada ketersediaan sumber-
sumber sejarah yang layak dan memadai. Sumber-sumber yang ada sekarang, seperti Babad dan lain-lain
memerlukan pemilihan dan pemilahan dengan kriteria yang valid dan reliable. Apa yang tertuang dalam tulisan
sederhana ini mungkin masih mengundang perdebatan. Karena itu sejauh terdapat perbedaan-perbedaan dalam pengungkapannya akan dlmuat sebagai gambaran yang masih harus ditelusurl sebagal bahan pengkajlan leblh
ianjut.
bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja-raja Lombok masa lalu. Posisi ini selanjutnya
menempatkan Kerajaan Selaparang sebagai icon penting kesejarahan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga
sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai Gumi Selaparang.
kerajaan Selaparang.
Kerajaan Desa Lae' yang diperkirakan berkedudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerajaan ini berpindah dan membangun sebuah kerjaan baru, yaitu kerajaan
Pamatan di Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa Sembalun sekarang. Dan ketika Gunung Rinjani meletus,
penduduk kerajaan ini terpencar-pencar yang menandai berakhirnya kerajaan.
sekarang. Setelah berakhirnya kerajaan yang disebut terakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok atau
Kerajaan Selaparang.
diri ke dalam hutan dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang baru bernama Batu
Parang yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau
Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinyo ke Pulau Bali
pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala,
ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi?) dan Dompu.
sumber-sumber sejarah menjadi alasan yang tak terelakkan. Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah
kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui exspedisi di bawah
Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan
dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.
perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di
barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah, dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat
kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti
Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi
wilayah yang merdeka, setelah kerajaan Majapahit runtuh.
di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber
air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Palembang,
Banten, gersik, dan Sulawesi.
Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.
bersama bala tentara ke Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier, dan Putra
Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok, dan Sumbawa. Prapen pertama kali berlayar ke Lombok, dimana
dengan kekuatan senjata ia memaksa orang untuk memeluk agama Islam.
kaum perempuan tetap menganut keyakinan Pagan, masyarakat Lombok kembali kepada faham pagan.
Raden Salut, ia mengatur gerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan. Sebagian masyarakat berlari
seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih mempertahankan adat istiadat
lama.
kerajaan ke Desa Selaparang atas usul Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda. Pemindahan ini dilakukan dengan
alasan letak Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh dibandingkan posisi sebelumnya.
dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan
pandangan. Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui.
Wilayah ini juga memiliki daerah belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi bertingkat-
tingkat sampai hutan Lemor yang memiliki sumber air yang melimpah.
bidang. Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang kemudian banyak melahirkan manusia-manusia
sebagai khazanah warisan tradisional masyarakat Lombok hari ini. Dengan mengacu kepada ahli sejarah
berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg yang menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat
mempengaruhi terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial
politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat Selaparang dan
Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi.
Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah,
mengadaptasi, atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar dimaksud, antara lain
Kotamgama, lapel Adam, Menak Berji, Rengganis, dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan
Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf,
Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim, dan sebagainya.
dasar yang menjadi pedoman dalam rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan masyarakatnya. Dalam
bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau
pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta artinya gading gajah; apabila dikeluarkan tidak mungkin dimasukkan lagi. Danti artinya ludah; apabila sudah dilontarkan ke tanah tidak mungkin dijilat lagi. Kusuma artinya
kembang; tidak mungkin kembang itu mekar dua kali. Warsa artinya hujan; apabila telah jatuh ke bumi tidak
mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya seorang raja atau pemimpin hendaknya tidak salah dalam
perkataan.
makna telah dipergunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya kata hanut (menggunakan hak dan kewajiban)
, tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati (utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia), atau
terpi (teratur). Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak (terampil), atau genem (rajin).
sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menemui
kegagalan.
melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya
membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan
sisi barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel
menempuh strategi baru dengan mengirim Dangkiang
Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa
singkretisme Hindu-Islam. Walau tidak lama di Lombok,
tetapi ajaran-ajarannya telah dapat mempengaruhi
beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama
memeluk agama Islam.
ini juga mengalami stagnasi dan kelemahan di sana-sini.
Gowa, sehingga Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang.
Dan untuk membendung misi Kristenisasi menuju ke barat, maka Gowa juga menduduki Flores Barat dengan
membangun Kerajaan Manggarai.
mereka khawatir Belanda memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui perjanjian
Saganing pada tahun 1624, yang isinya antara lain Gelgel tidak akan bekerja sama dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang, yang dianggap halaman belakang Gelgel.
Terjadi polarisasi yang semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka
menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda berhasil mendekati Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk
kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama
Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai raja muda, semacam gubernur mewakili
Gowa, berkedudukan di bagian bara pulau Sumbawa.
dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Sejarah mencatat Gowa harus menerima
perjanjian Bungaya pada tahun 1667. Bungaya adalah sebuah wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel
di Klungkung yang menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda.
Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal.
bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan
abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) secara bergelombang, dan
mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah
kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan, yang berdiri pada tahun 1622.
Belanda, yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel
yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian
barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq
Wirabangsa.
tidak kunjung selesai. Hal ini menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan
serumpun ini. Atau saling lempar tanggung jawab. Dalam kecamuk peperangandan upaya mengahadapi masalah
kekuatan yang baru tumbuh dari arah barat itu, maka secara tiba-tiba saja, tokoh penting di lingkungan pusat
kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih pendapat
dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di
Kerajaan Pejanggik.yang dulu (Kerajaan Pejanggik-red) berada di Daerah Kec. Pejanggik cukup jauh dari desa
Labulia yang berada di Kecamatan Jonggat
Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula, informasi awal yang
diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.
dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, karena sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada
tahun 1672. Pusat kerajaan hancur; rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.
Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka
Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok setelah sebelumnya juga meluluh
lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.
agaknya memerlukan pengkajian yang mendalam. Permasalahan utamanya terletak pada ketersediaan sumber-
sumber sejarah yang layak dan memadai. Sumber-sumber yang ada sekarang, seperti Babad dan lain-lain
memerlukan pemilihan dan pemilahan dengan kriteria yang valid dan reliable. Apa yang tertuang dalam tulisan
sederhana ini mungkin masih mengundang perdebatan. Karena itu sejauh terdapat perbedaan-perbedaan dalam pengungkapannya akan dlmuat sebagai gambaran yang masih harus ditelusurl sebagal bahan pengkajlan leblh
ianjut.
bahkan disebut-sebut sebagai embrio yang kemudian melahirkan raja-raja Lombok masa lalu. Posisi ini selanjutnya
menempatkan Kerajaan Selaparang sebagai icon penting kesejarahan pulau ini. Terbukti penamaan pulau ini juga
sering disebut sebagai bumi Selaparang atau dalam istilah lokalnya sebagai Gumi Selaparang.
kerajaan Selaparang.
Kerajaan Desa Lae' yang diperkirakan berkedudukan di Kecamatan Sambalia, Lombok Timur sekarang. Dalam perkembangannya masyarakat kerajaan ini berpindah dan membangun sebuah kerjaan baru, yaitu kerajaan
Pamatan di Kecamatan Aikmel dan diduga berada di Desa Sembalun sekarang. Dan ketika Gunung Rinjani meletus,
penduduk kerajaan ini terpencar-pencar yang menandai berakhirnya kerajaan.
sekarang. Setelah berakhirnya kerajaan yang disebut terakhir, barulah kemudian muncul Kerajaan Lombok atau
Kerajaan Selaparang.
diri ke dalam hutan dan sekembalinya tentara itu Raden Maspahit membangun kerajaan yang baru bernama Batu
Parang yang kemudian dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
dibangun oleh sekelompok transmigran dari Jawa di bawah pimpinan Prabu Inopati dan sejak waktu itu pulau
Lombok dikenal dengan sebutan Pulau Perigi. Ketika kerajaan Majapahit mengirimkan ekspedisinyo ke Pulau Bali
pada tahun 1443 yang diteruskan ke Pulau Lombok dan Dompu pada tahun 1357 dibawah pemerintahan Mpu Nala,
ekspedisi ini menaklukkan Selaparang (Perigi?) dan Dompu.
sumber-sumber sejarah menjadi alasan yang tak terelakkan. Menurut Lalu Djelenga (2004), catatan sejarah
kerajaan-kerajaan di Lombok yang lebih berarti dimulai dari masuknya Majapahit melalui exspedisi di bawah
Mpu Nala pada tahun 1343, sebagai pelaksanaan Sumpah Palapa Maha Patih Gajah Mada yang kemudian diteruskan
dengan inspeksi Gajah Mada sendiri pada tahun 1352.
perkembangannya meninggalkan jejak berupa empat kerajaan utama saling bersaudara, yaitu Kerajaan Bayan di
barat, Kerajaan Selaparang di Timur, Kerajaan Langko di tengah, dan Kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat
kerajaan tersebut, terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong serta beberapa desa kecil, seperti
Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini selanjutnya menjadi
wilayah yang merdeka, setelah kerajaan Majapahit runtuh.
di Labuhan Lombok. Disebutkan kota Lombok terletak di teluk Lombok yang sangat indah dan mempunyai sumber
air tawar yang banyak. Keadaan ini menjadikannya banyak dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Palembang,
Banten, gersik, dan Sulawesi.
Paku atau Sunan Ratu Giri dari Gersik, Surabaya yang memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.
bersama bala tentara ke Banjarmasin, Datu bandan di kirim ke Makasar, Tidore, Seram dan Galeier, dan Putra
Susuhunan, Pangeran Prapen ke Bali, Lombok, dan Sumbawa. Prapen pertama kali berlayar ke Lombok, dimana
dengan kekuatan senjata ia memaksa orang untuk memeluk agama Islam.
kaum perempuan tetap menganut keyakinan Pagan, masyarakat Lombok kembali kepada faham pagan.
Raden Salut, ia mengatur gerakan dakwah baru yang kali ini mencapai kesuksesan. Sebagian masyarakat berlari
seluruh pulau Lombok memeluk agama Islam, kecuali beberapa tempat yang masih mempertahankan adat istiadat
lama.
kerajaan ke Desa Selaparang atas usul Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda. Pemindahan ini dilakukan dengan
alasan letak Desa Selaparang lebih strategis dan tidak mudah diserang musuh dibandingkan posisi sebelumnya.
dapat dinikmati dengan latar belakang daratan Pulau Sumbawa dari ujung utara ke selatan dengan sekali sapuan
pandangan. Dengan demikian semua gerakan yang mencurigakan di tengah lautan akan segera dapat diketahui.
Wilayah ini juga memiliki daerah belakang berupa bukit-bukit persawahan yang dibangun dan ditata rapi bertingkat-
tingkat sampai hutan Lemor yang memiliki sumber air yang melimpah.
bidang. Salah satunya adalah perkembangan kebudayaan yang kemudian banyak melahirkan manusia-manusia
sebagai khazanah warisan tradisional masyarakat Lombok hari ini. Dengan mengacu kepada ahli sejarah
berkebangsaan Belanda L. C. Van den Berg yang menyatakan bahwa, berkembangnya Bahasa Kawi sangat
mempengaruhi terbentuknya alam pikiran agraris dan besarnya peranan kaum intelektual dalam rekayasa sosial
politik di Nusantara, Fathurrahman Zakaria (1998) menyebutkan bahwa para intelektual masyarakat Selaparang dan
Pejanggik sangat mengetahui Bahasa Kawi.
Kawi yang dikuasainya, aksara Sasak dan Bahasa Sasak, maka para pujangganya banyak mengarang, menggubah,
mengadaptasi, atau menyalin manusia Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Lontar-lontar dimaksud, antara lain
Kotamgama, lapel Adam, Menak Berji, Rengganis, dan lain-lain. Bahkan para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran-ajaran sufi para walisongo, seperti lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan
Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf,
Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Sidik Anak Yatim, dan sebagainya.
dasar yang menjadi pedoman dalam rekayasa sosial politik dan sosial budaya kerajaan dan masyarakatnya. Dalam
bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama lembar 6 lembar menggariskan sifat dan sikap seorang raja atau
pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta artinya gading gajah; apabila dikeluarkan tidak mungkin dimasukkan lagi. Danti artinya ludah; apabila sudah dilontarkan ke tanah tidak mungkin dijilat lagi. Kusuma artinya
kembang; tidak mungkin kembang itu mekar dua kali. Warsa artinya hujan; apabila telah jatuh ke bumi tidak
mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya seorang raja atau pemimpin hendaknya tidak salah dalam
perkataan.
makna telah dipergunakan dalam bidang politik dan hukum, misalnya kata hanut (menggunakan hak dan kewajiban)
, tapak (stabil), tindih (bertata krama), rit (tertib), jati (utama),tuhu (sungguh-sungguh), bakti (bakti, setia), atau
terpi (teratur). Dalam bidang ekonomi, seperti itiq (hemat), loma (dermawan), kencak (terampil), atau genem (rajin).
sebagai pewaris Majapahit, melakukan serangan ke Kerajaan Selaparang pada tahun 1520, akan tetapi menemui
kegagalan.
melakukan infiltrasi dengan mengirimkan rakyatnya
membuka pemukiman dan persawahan di bagian selatan
sisi barat Lombok yang subur. Bahkan disebutkan, Gelgel
menempuh strategi baru dengan mengirim Dangkiang
Nirartha untuk memasukkan faham baru berupa
singkretisme Hindu-Islam. Walau tidak lama di Lombok,
tetapi ajaran-ajarannya telah dapat mempengaruhi
beberapa pemimpin agama Islam yang belum lama
memeluk agama Islam.
ini juga mengalami stagnasi dan kelemahan di sana-sini.
Gowa, sehingga Gowa menutup jalur perdagangan ke selatan dengan cara menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang.
Dan untuk membendung misi Kristenisasi menuju ke barat, maka Gowa juga menduduki Flores Barat dengan
membangun Kerajaan Manggarai.
mereka khawatir Belanda memanfaatkan Gelgel. Maka tercapai kesepakatan dengan Gelgel melalui perjanjian
Saganing pada tahun 1624, yang isinya antara lain Gelgel tidak akan bekerja sama dengan Belanda dan Gowa akan melepaskan perlindungannya atas Selaparang, yang dianggap halaman belakang Gelgel.
Terjadi polarisasi yang semakin jelas, yakni Gowa menjalin kerjasama dengan Mataram di Jawa dalam rangka
menghadapi Belanda. Sebaliknya Belanda berhasil mendekati Gelgel, sehingga pada tahun 1640, Gowa masuk
kembali ke Lombok. Bahkan pada tahun 1648, salah seorang Pangeran Selaparang dari Trah Pejanggik bernama
Mas Pemayan dengan gelar Pemban Mas Aji Komala, diangkat sebagai raja muda, semacam gubernur mewakili
Gowa, berkedudukan di bagian bara pulau Sumbawa.
dibawah pimpinan Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur. Sejarah mencatat Gowa harus menerima
perjanjian Bungaya pada tahun 1667. Bungaya adalah sebuah wilayah yang terletak disekitar pusat kerajaan Gelgel
di Klungkung yang menandai eratnya hubungan Gelgel-Belanda.
Selaparang pada tahun 1668-1669, tetapi ekspedisi tersebut gagal.
bersamaan, suatu kekuatan baru dari arah barat telah muncul pula. Embrio kekuatan ini telah ada sejak permulaan
abad ke-15 dengan datangnya para imigran petani liar dari Karang Asem (Bali) secara bergelombang, dan
mendirikan koloni di kawasan Kotamadya Mataram sekarang ini. Kekuatan itu telah menjelma sebagai sebuah
kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan, yang berdiri pada tahun 1622.
Belanda, yang sewaktu-waktu akan melakukan ekspansi. Kekuatan dari tetangga dekat diabaikan, karena Gelgel
yang demikian kuat mampu dipatahkan. Sebab itu sebelum kerajaan yang berdiri di wilayah kekuasaannya di bagian
barat ini berdiri, hanya diantisipasi dengan menempatkan pasukan kecil di bawah pimpinan Patinglaga Deneq
Wirabangsa.
tidak kunjung selesai. Hal ini menyebabkan adanya saling mengharapkan peran yang lebih di antara kedua kerajaan
serumpun ini. Atau saling lempar tanggung jawab. Dalam kecamuk peperangandan upaya mengahadapi masalah
kekuatan yang baru tumbuh dari arah barat itu, maka secara tiba-tiba saja, tokoh penting di lingkungan pusat
kerajaan, yaitu patih kerajaan sendiri yang bernama, Raden Arya Banjar Getas, ditengarai berselisih pendapat
dengan rajanya. Raden Arya Banjar Getas akhirnya meninggalkan Selaparang dan hijrah mengabdikan diri di
Kerajaan Pejanggik.yang dulu (Kerajaan Pejanggik-red) berada di Daerah Kec. Pejanggik cukup jauh dari desa
Labulia yang berada di Kecamatan Jonggat
Tentara Kerajaan Karang Asem yang sudah mendarat menyusul di Lombok Barat. Semula, informasi awal yang
diperoleh, maksud kedatangan ekspedisi itu akan menyerang Kerajaan Pejanggik.
dapat ditaklukkan hampir tanpa perlawanan, karena sudah dalam keadaan sangat lemah. Peristiwa ini terjadi pada
tahun 1672. Pusat kerajaan hancur; rata dengan tanah, dan raja beserta seluruh keluarganya mati terbunuh.
Kerajaan Pejanggik dibumi hanguskan oleh Kerajaan Mataram Karang Asem. Akibat kekalahan Pejanggik, maka
Kerajaan Mataram mulai berdaulat menjadi penguasa tunggal di Pulau Lombok setelah sebelumnya juga meluluh
lantakkan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.
0 comments:
Post a Comment